Senin, 24 November 2014

PENGARUH TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN VARIASI FRAKSI BERAT KAWAT PENGUAT PADA SIFAT MEKANIK MODULUS OF RUPTURE REFRAKTORI LAMJ-1 (ALUMINA SPINEL CASTABLE)

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-18 09:57:33
Oleh : ROY AUDIA ALFIAN (NIM 13702041), S1 - Material Engineering Study Programme
Dibuat : 2007, dengan 8 file

       Steel Fiber Reinforced Castable Refractories (SFRCR) merupakan material refraktori castable yang mengandung serat-serat pendek baja acak sebagai penguatnya. Serat baja digunakan untuk meningkatkan umur produk, meningkatkan ketahanan terhadap thermal shock, serta meningkatkan sifat mekanik refraktori. Keberadaan serat-serat pendek dan acak pada refraktori ini membuat sifat mekanik yang dimilikinya kemungkinan tidak seragam. Untuk mengatasinya digunakan kawat penguat yang tersusun rapih, kontinu dan teranyam untuk meneliti kekuatan mekanik modulus of rupture (MOR) dari spesimen tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh dari penambahan fraksi berat kawat baja penguat yang kontinu dan teranyam terhadap harga MOR refraktori LAMJ-1 (Alumina Spinel Castable). Disamping itu, juga akan dipelajari sifat-sifat refraktori ini pada berbagai temperatur antara 105oC sampai 1400oC untuk mengetahui kemampuan refraktori ini dalam menahan berbagai beban yang terjadi sebelum refraktori ini memiliki kekuatan yang optimum termasuk beratnya sendiri. Pengujian MOR dilakukan pada temperatur kamar mengacu pada standard BS.1610. Pengujian ini dipilih untuk melihat beban tranversal yang mampu ditahan refraktori ini sampai gagal.
 
      Untuk mendukung data yang diperoleh pada penelitian ini dilakukan analisa struktur mikro menggunakan Phillips Scanning Electron Microscope XL-20 dilengkapi dengan EDS DX-40, juga karakterisasi senyawa material menggunakan X-Ray diffraction. Pada temperatur antara 105-816oC, penambahan kawat penguat kontinu sebesar 1,8% mampu meningkatkan harga MOR menjadi dua kali lipat, dan meningkat sekitar 200% pada penambahan 3,6% kawat. Pada temperatur di atas 816oC sampai pengamatan pada temperatur 1150oC, keberadaan kawat tidak mampu meningkatkan sifat mekanik karena harga MOR yang dihasilkan menurun dari 7,62 MPa pada 816oC menjadi 3,85 MPa pada 1150oC setelah penambahan 3.6% kawat. Harga MOR yang dihasilkan juga menurun setelah penambahan 1,8% kawat dari 4,77 MPa pada 816oC menjadi 2,57 MPa pada 1150oC. Hal tersebut disebabkan terkorosinya kawat pada temperatur tinggi.

       Pengaruh variasi temperatur terhadap kekuatan refraktori tanpa adanya penambahan kawat juga diamati. Pada 350oC kekuatan meningkat dari 4,06 MPa menjadi 4,74 MPa dibandingkan produk pada 105oC. Pada 816oC kekuatan menurun dari 4.74 MPa menjadi 1.27 Mpa. Pada temperatur 1150oC kekuatan meningkat dari 1,27 MPa menjadi 3,85 MPa dan semakin terus meningkat pada 1400oC menjadi 4,71 MPa. Perlu dipelajari lebih lanjut tentang mekanisme penurunan kekuatan antara 105oC- 350oC dan kelakuan refraktori ini pada temperatur diatas 1400oC dengan menggunakan kawat yang tidak mudah terkorosi.

Sumber :

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI KAWAT PENGUAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN SIFAT KETAHANAN THERMAL SHOCK PADA REFRAKTORI LAMJ-I (ALUMINA SPINEL CASTABLE)

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-18 09:44:24
Oleh : AKHMAYANDA NASUTION (NIM 13702033); Pembimbing : Dr. Ir. Aditianto Ramelan dan Hady Efendy, S.T., M.T., S1 - Material Engineering Study Programme
Dibuat : 2007, dengan 7 file

           Material refraktori banyak digunakan pada industri yang prosesnya melibatkan temperatur tinggi karena keunggulannya yaitu ketahanan terhadap thermal shock. Salah satu cara meningkatkan ketahanan terhadap thermal shock pada refraktori castable adalah dengan penambahan kawat penguat pendek secara acak. Penyebaran kawat yang tidak merata akan mengakibatkan sifatnya juga tidak seragam.

             Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari sifat ketahanan thermal shock, apparent porosity dan bulk density dari refraktori LAMJ-1 (Alumina Spinel Castable) berpenguat kawat teranyam dengan jarak antara yang sama pada spesimen uji yang dibakar pada 1150°C. Karakterisasi komposisi dan struktur mikro material dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). pengujian ketahanan thermal shock pada spesimen refraktori dilakukan pada temperatur 1200°C selama 30 menit kemudian sampel didinginkan dalam air dan proses ini dilakukan berulang-ulang sampai mengalami kegagalan yaitu saat kehilangan berat sebanyak 40 persen. Pengujian apparent porosity dan bulk density dilakukan berdasarkan standar ASTM C 20-83.
 
      Siklus ketahanan thermal shock spesimen refraktori tanpa penguat kawat lebih besar dibandingkan yang berpenguat kawat. Refraktori tanpa penguat kawat menghasilkan rata-rata 18,33 dan spesimen yang berpenguat kawat yaitu rata-rata 13,33 siklus. Nilai bulk density refraktori tanpa penguat kawat 2,74 gr/cm3 dan untuk refraktori berpenguat kawat 2,84 gr/cm3. Nilai apparent porosity spesimen refraktori tanpa penguat kawat 19,5% dan spesimen yang berpenguat kawat 18,4%.

       Perlu dipelajari lebih lanjut mekanisme terjadinya penurunan ketahanan yang diakibatkan penggunaan kawat. Kegagalan yang terjadi pada refraktori berpenguat kawat kemungkinan besar disebabkan oleh kawat penguat yang teroksidasi. Pada umumnya patahan pada spesimen terjadi pada bagian anyaman kawat.

Sumber :

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2011-07-12 13:11:48
Oleh : TRI HANDOKO (NIM 13703004); Pembimbing : Dr. Ir. Bambang Sunendar, S1 - Material Engineering Study Programme
Dibuat : 2007, dengan 7 file

       Fabrikasi dan karakterisasi ceramic foam untuk aplikasi thermal insulation dan acoustic absorber dalam penelitian ini merupakan salah satu inovasi dalam pemanfaatan limbah gipsum dan abu sekam padi. Limbah gipsum yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari industri fertilizer, PT. Sud-Chemie, Sukabumi Jawa Barat. Ceramic foam bersifat liat, plastis, seperti busa yang terbuat dari keramik. Daya insulasi yang sangat baik pada ceramic foam dikarenakan adanya gelembung udara yang sangat kecil yang terjebak di dalam bahan.

       Campuran dari gipsum, abu sekam padi, kapur, serbuk Al, semen dan perekat CMC ditambahkan air hingga terbentuk ceramic foam. Komposisi utama bahan dalam penelitian ini adalah gipsum dan abu sekam padi, dengan persen komposisi (40:20, 30:30, dan 20:40) % ditambahkan dengan 5% serbuk Al, 10% CaCO3, 25% semen, dan 20% CMC dari massa total. Ceramic foam yang ada kemudian dicetak kedalam cetakan berukuran 20x10x3 cm, dan cetakan berdiameter 4 cm dan ketebalan 2 cm dengan metode slip casting. Sampel kemudian dikeringkan di dalam tungku pada T = 80 derajat C, selama 1 jam. Kemudian melalui proses autoclaving pada T = 180 derajat C, selama 1 jam. Proses ini dilakukan agar didapatkan sampel dengan gelembung udara didalamnya akibat reaksi serbuk Al.

       Dari pengujian konduktivitas panas dan pengujian akustik didapatkan nilai konduktivitas panas material A, B, dan C berturut-turut adalah: 0,067, 0,078, dan 0,079 W/moC. Sedangkan nilai absorpsivitas suara untuk ketiga jenis komposisi bahan (40:20, 30:30, 20:40) %, berturut-turut adalah: 0,37-0,49, 0,36-0,42, dan 0,37-0,55 pada rentang frekuensi 1-3,2 kHz.

Sumber :

Senin, 17 November 2014

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN LOAD CELL 3 AXIS UNTUK PENGUKURAN GROUND REACTION FORCE PADA FORCE PLATFORM

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-03 10:13:35
Oleh : ALIT WICAKSANA SUWIRYA (NIM : 13106044); Tim Pembimbing : Dr. Ir. Andi Isra Mahyuddin; Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara; Dr. Eng. Sandro Mihradi, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2011, dengan 7 file

     Gaya merupakan salah satu besaran fisika yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan percepatan, arah, ataupun bentuk dari suatu benda. Pentingnya pengaruh gaya dalam kehidupan menyebabkan banyaknya instrumen pengukuran gaya yang tersedia. Load cell merupakan salah satu instrumen pengukuran yang menggunakan strain gage untuk mengkonversi gaya menjadi sinyal elektrik.
        Dalam ilmu biomekanik yang mempelajari tentang gerakan manusia dan penyebabnya, Alat ukur gaya digunakan untuk mengukur gaya reaksi tanah (ground reaction force – GRF). Namun, mengingat instrumen yang tersedia relatif mahal,maka untuk dapat mengembangkan sistem pengukuran gaya dengan harga terjangkau, dalam penelitian ini dirancang, diproduksi, dan diuji komponen force platform berupa load cell. Beberapa alternatif desain dikaji agar diperoleh load cell yang mampu mengukur GRF gerak manusia dalam 3 sumbu secara simultan. 
      Hasil pengujian menunjukkan bahwa setiap segmen load cell hanya sensitif mengindera gaya dalam satu arah tertentu sesuai dengan kriteria desain. Dari perbandingan dengan simulasi ditemukan perbedaan sebesar 14,49 % untuk gaya vertikal; 9,15 % untuk gaya anterior-posterior; dan 2,3 % untuk gaya medial-lateral.

Sumber :

SIMULASI PERGERAKAN GIGI AKIBAT PENARIKAN OLEH KAWAT GIGI TIPE PEGAS RETRAKSI SEKSIONAL

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-02 08:49:12
Oleh : FIRMAN AHMAD KIRANA (NIM : 13105019); Pembimbing : Dr. Ir. Rachman Setiawan, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2011, dengan 7 file

       Gigi tertanam pada tulang oleh jaringan ikat lunak. Gigi tidak selalu menempati posisinya dengan benar. Penyimpangan posisi gigi dikaji dalam bidang ortodonti. Usaha yang dilakukan ortodontis untuk memperbaiki posisi gigi adalah dengan memasang kawat gigi. Jenis kawat gigi akan menentukan besar gaya dan momen yang diberikan pada gigi. Sistem gaya yang berupa gaya dan momen, dan titik pemberiannya akan menentukan tipe pergerakan gigi. Namun, besar pergerakan gigi masih belum dapat diketahui dengan mudah. 
     Dalam penelitian ini pergerakan gigi disimulasi dengan pendekatan analitik sederhana dua dimensi. Jaringan ikat lunak yang berada di sekeliling gigi diasumsikan bersifat linear elastis, homogen, dan isotropik. Sistem gaya yang diberikan pada gigi menyebabkan terjadinya perpindahan gigi dan deformasi pada jaringan ikat lunak tersebut yang besarnya dihitung dengan pendekatan analitik. Deformasi tersebut menyebabkan terjadinya respon biologis yang pada akhirnya akan menyebabkan pergerakan gigi. Pergerakan gigi yang terjadi akibat respon biologis tersebut disimulasi secara numerik dengan mengulang proses perpindahan gigi akibat sistem gaya. Parameter gigi yang mempengaruhi pergerakan gigi adalah panjang akar, letak pusat resistansi, diameter gigi, sifat mekanik jaringan, dan tebal jaringan ikat lunak yang menyangga gigi.
        Simulasi pergerakan gigi berhasil dibuat dengan mengakumulasi perpindahan gigi akibat gaya yang semakin mengecil. Simulasi tersebut ditampilkan dalam bentuk animasi. Pembuatan program animasi pergerakan gigi diharapkan dapat mempermudah ortodontis maupun pasien dalam mengetahui hasil yang akan terjadi akibat pemasangan kawat gigi pada pasien tersebut.

Sumber :

PENDETEKSIAN KERUSAKAN BANTALAN GELINDING DAN PEMANTAUAN KONDISI PELUMASANNYA DENGAN PENGUKURAN JERK

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-02 15:03:47
Oleh : BUDI HERYADI (NIM : 13106022); Pembimbing : Dr. Ir. Zainal Abidin, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2011, dengan 7 file

        Di industri, bantalan gelinding memiliki peran yang penting. Kerusakan bantalan gelinding dapat menyebabkan mesin berhenti total sehingga proses produksi berhenti dan menimbulkan kerugian yang besar. Metode getaran banyak digunakan untuk mendeteksi kerusakan bantalan, namun tidak dapat mendeteksi kerusakan dini bantalan. Metode PeakVue, Spike Energy, dan Shock Pulse banyak membantu untuk mendeteksi kerusakan dini bantalan, namun tidak memiliki standar baku seperti halnya metode getaran.  
          Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menjajaki kemungkinan digunakannya sinyal jerk dan spektrum frekuensinya guna mendeteksi kerusakan bantalan gelinding dan memantau kondisi pelumasannya. Jerk adalah turunan pertama dari percepatan. Dengan demikian, diharapkan pengukuran jerk dapat menggantikan metode getaran, PeakVue, Spike Energy, dan Shock Pulse dalam mendeteksi kerusakan bantalan. 
       Pada penelitian ini dilakukan pengukuran percepatan dan jerk pada bantalan gelinding jarum dengan variasi besar beban, jenis cacat, dan kondisi pelumasan. Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran percepatan, jerk, dan shock pulse pada bantalan gelinding kerucut dengan variasi kecepatan putar, besar beban, dan tingkat kerusakan bantalan. 
        Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengukuran jerk dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan bantalan gelinding dan memantau kondisi pelumasannya. Nilai jerk lebih sensitif terhadap perubahan kecepatan putar, kondisi pelumasan, dan tingkat kerusakan bantalan daripada nilai perceptan dan shock pulse. Namun, spektrum shock pulse masih lebih baik daripada spektrum absolut percepatan dan jerk dalam hal mendeteksi cacat lokal bantalan. Level noise pada spektrum percepatan dan jerk cukup tinggi sehingga sinyal BPFO dan harmonik-harmoniknya sulit diamati.

Sumber :

Senin, 10 November 2014

FRASA BARU

  • Packing density
  • Mcgeary
  • Rekursif
  • Flowabilitas
  • Diskrit
  • Density binner
  • Transshipment
  • Baja tahan karat dupleks
  • Diagram Schaeffler
  • Fasa sigma
  • Probabilistik
  • Dererministik
  • Simulasi monte carlo
  • Limit state
  • Probability of failure
  • Folias factor
  • Pipe line
  • Geohazard
  • Flotasi
  • Mendepress
  • Kadar pirit
  • Spesimen
  • Metalografi
  • Bahan proyektil
  • Lapisan elektro katalis
  • Prototype
  • Karakteristik substrat
  • Lapisan evercoat
  • Lapisan BaM polikristal
  • Sistem  microelectromechanical
  • Bilangan knudsen
  • Inviscid
  • Nilai viskositas
  • Volatility
  • Nafta
  • Kerosene

Kamis, 06 November 2014

ANALISIS PACKING DENSITY BATUBARA UNTUK APLIKASI TRANSPORTASI

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2009-06-05 13:46:36
Oleh : IRAMONA (NIM 12104061), S1 - Metallurgy
Dibuat : 2008, dengan 7 file

       Packing density dapat dijumpai pada berbagai bidang penerapan, salah satunya dalam transportasi batubara. Optimasi packing density dapat meningkatkan efisiensi pengangkutan dan kapasitas batubara yang diangkut, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur proporsi dan distribusi ukuran batubara. Selain dapat meningkatkan packing density, pengaturan distribusi ukuran batubara juga dapat mencegah terjadinya penyalaan spontan batubara.

          Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan packing batubara serta simulasi-simulasi terhadap model optimasi packing density dengan memasukkan harga packing density tunggal hasil eksperimen McGeary (Qc= Qf =0,625) dan hasil percobaan batubara (Qc= Qf =0,586) yang dilakukan di laboratorium. Model ini mengasumsikan cara packing rekursif, yaitu populasi partikel kasar dituangkan terlebih dahulu, kemudian populasi kedua yang lebih halus, dan populasi partikel berikutnya, jika digunakan campuran lebih dari dua ukuran. Selain itu model partikel diasumsikan berbentuk bola karena faktor flowabilitasnya yang baik. Model juga membatasi pada distribusi ukuran diskrit, dua, tiga dan empat ukuran. Model packing biner ini kemudian dikembangkan menjadi model optimasi untuk campuran lebih dari dua ukuran, dengan mengasumsikan bahwa tiap populasi partikel dapat di-pack dengan efisiensi yang sama. Hasil keluaran dari model kemudian dibandingkan dengan hasil percobaan oleh McGeary dan percobaan batubara.

          Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik campuran dua ukuran maupun campuran lebih dari dua ukuran memberikan hasil yang mendekati hasil percobaan McGeary, namun cukup jauh terhadap hasil packing biner batubara. Packing biner antara batubara kasar +3 mesh dan batubara halus -3+12 mesh,-12+14mesh, -14+20 mesh, dan -20+28 mesh yang diatur dengan rasio ukuran 4,786-5,678-7,882-11,167 memberikan packing density biner maksimal berturut-turut sebesar 59,9%-68,5%-70,4% dan 76,9% masing-masing dengan proporsi optimal sebesar 60% fraksi kasar. Sedangkan model memberikan packing density maksimal sebesar 85,9% untuk harga Qc= Qf =0,625 dengan proporsi optimal 72,73% dan packing density maksimal sebesar 82,9% untuk Qc=Qf =0,586 dengan proporsi 70,7% fraksi kasar. Model campuran 4 ukuran memberikan packing density maksimal 98% dengan proporsi tiap populasi sebesar 63,8% - 23,9% - 9,0% - 3,4% untuk harga x =0,625 dan packing density maksimal 97,1% untuk harga x =0,586 dengan proporsi 60,4%- 25%-10,3%-4,3% berturut-turut dari partikel dengan ukuran terbesar hingga partikel terkecil. Namun begitu, pengaturan distribusi ukuran batubara serta penggunaan hasil keluaran model sebagai perkiraan awal packing density sangat bermanfaat dalam optimalisasi pengangkutan batubara contohnya transportasi dengan tongkang atau saat transshipment batubara.  

Sumber :
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-iramonanim-33109

RANCANG PADUAN BAJA TAHAN KARAT DUPLEKS DARI BAHAN BAKU FERONIKEL

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2008-04-16 10:36:48
Oleh : RUDYANTO SIHOTANG (NIM 12103057), Central Library Institute Technology Bandung
Dibuat : 2008, dengan 8 file

         kebutuhan industri untuk pemakaian baja tahan karat semakin meningkat akhir-akhir ini. Salah satu jenis baja tahan karat yang menarik untuk diteliti dan dikembangkan adalah baja tahan karat dupleks. Baja tahan karat dupleks merupakan jenis baja tahan tahan karat yang memiliki dua fasa yaitu ferit dan austenit.

        Diperlukan ilmu metalurgi yang cermat untuk dapat merancang baja tahan karat dupleks. Dalam hal ini digunakan diagram Schaeffler sebagai diagram perancangan untuk membuat jenis baja ini. Informasi mengenai pengaruh unsur-unsur pemadu terhadap perubahan fraksi volume fasa ferit dan austenit akan sangat berguna untuk disain pembuatan baja tahan karat dalam penggunaan skala industri. Perlakuan panas isotermal dan anisotermal juga dilakukan pada temperatur 400oC, 600oC, 800oC dengan waktu penahanan 1, 3, dan 6 jam untuk mempelajari tingkat perubahan struktur mikro paduan as cast dan untuk mengidentifikasi fasa sigma (fasa merugikan) yang muncul pada paduan.

        Dari hasil pembahasan pada data-data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa paduan 2 (28.74% ferit), paduan 3 (58.52% ferit), dan paduan 4 (80.93% ferit) merupakan jenis baja tahan karat dupleks yang berhasil dilakukan, sedangkan paduan 1 (10.18% ferit) cenderung merupakan jenis baja tahan karat austenitik. Penurunan fraksi volume ferit sebanding dengan: penurunan rasio Cr/Ni, peningkatan temperatur pemanasan, dan lamanya waktu pemanasan. Fasa sigma muncul pada temperatur 800 oC, sedangkan pada temperatur 400oC dan 600oC fasa sigma tidak muncul.

Sumber :
 http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-rudyantosi-29288

KARAKTERISTIK MOTOR DIESEL PENYEMPROTAN LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MURNI YANG DIPANASKAN

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2009-03-02 12:04:31
Oleh : M. SYAUQI SHAUTAL ALAM (NIM 13103074), S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2008, dengan 7 file
Minyak jarak pagar merupakan minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk motor diesel. Minyak jarak pagar ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat diperbaharui, dapat terdegradasi secara alami, tidak berkontribusi terhadap penambahan gas rumah kaca, unsur belerang yang sangat rendah, dan dapat ditanam di lahan kritis. Selain itu, minyak jarak pagar tidak mengalami konflik kebutuhan sebagai bahan pangan karena tidak dapat dimakan. Masalah terbesar adalah tingginya viskositas minyak jarak pagar. Menurut penelitian yang dilakukan oleh K. Pramanik, viskositas minyak jarak ini akan membuat efisiensi termal dan konsumsi bahan bakar motor menjadi lebih buruk. Cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan viskositas minyak jarak adalah dengan memanaskannya atau mencampurnya dengan bahan bakar lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran 50% minyak jarak murnisolar yang dipanaskan sebagai bahan bakar motor diesel dibandingkan solar.
Pengujian dilakukan selama 17 jam untuk tiap bahan bakar uji dan mengacu pada SAE Paper 942010. Hasilnya, parameter prestasi menunjukkan 50% minyak jarak murnisolar memiliki hasil yang lebih buruk dibandingkan solar, yaitu efisiensi termal lebih rendah 13,8% (sebelum uji 17 jam) dan lebih tinggi 4,7% (setelah uji 17 jam). BSFC: lebih tinggi 28,7% (sebelum uji 17 jam) dan lebih tinggi 2,1% (setelah uji 17 jam). Parameter emisi gas buang menunjukkan penggunaan 50% minyak jarak menghasilkan peningkatan emisi CO{161,4% (sebelum uji 17 jam) dan 13,6% (setelah uji 17 jam)}, UHC {58,5% (sebelum uji 17 jam) dan 44,7% (setelah uji 17 jam)}, opasitas {151,8% (sebelum uji 17 jam) dan 297,1% (setelah uji 17 jam)}.
Penelitian ini membuktikan bahwa terjadi penurunan prestasi dan kenaikan emisi gas buang pada motor diesel menggunakan campuran 50% minyak jarak murni. Hal ini terutama disebabkan rendahnya LHV dan buruknya atomisasi bahan bakar minyak jarak. Namun, minyak jarak juga memiliki kemampuan lubrikasi yang baik.

Sumber :
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-msyauqisha-32175

Selasa, 04 November 2014

Contoh membuat sebuah laporan dengan menggunakan Ms. Power Point

Assalamu'alaikum Wr. Wb

mungkin beberapa orang ada yang sedang membuat sebuah laporan atau yang lainnya dengan menggunakan Ms. office power point, mungkin sebagian dari anda yang bingung.. untuk mengatasi kebingunggan anda saya punya sedikit solusi yaitu dengan beberapa contoh yang dapat saya gambarkan.. yuk simak baik-baik...

SLIDE 1


SLIDE 2
BEFORE

AFTER



SLIDE 3

BEFORE

AFTER


SLIDE 4

BEFORE

AFTER




SLIDE 5

BEFORE

AFTER


SLIDE 6
 
BEFORE
 
AFTER



Mungkin hanya ini saja yang dapat saya kasih contoh, dan selebihnya anda berekspresi sendiri
Kurang lebihnya saya mohon dimaafkan
wassalamu'alaikum wr. wb