Senin, 08 Desember 2014

PREPARASI DAN KARAKTERISASI MATERIAL KERAMIK BARIUM TITANAT (BaTiO3) DENGAN METODE PERTUMBUHAN BUTIR TERORIENTASI UNTUK APLIKASI PIEZOELEKTRIK

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2009-02-23 15:16:34
Oleh : RUDY OCTAVIUS SIHOMBING (NIM 13703006), Central Library Institute Technology Bandung
Dibuat : 2007, dengan 7 file

     Material piezoelektrik tekstur polikristalin diharapkan dapat menghasilkan karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan keramik yang tidak bertekstur, dan biaya pemrosesan yang lebih murah dibandingkan dengan material kristal tunggal. Studi ini melakukan pembuatan material keramik piezoelektrik tekstur polikristalin dengan metode Pertumbuhan Butir Terorientasi (Templated Grain Growth-TGG).

     Sejumlah fraksi dari partikel template anisotropik diorientasikan pada partikel matriks yang ukuran butirnya lebih kecil dengan proses tape casting, dan terjadi pertumbuhan butir seiring dengan perlakuan panas dimana butir matriks tumbuh disekeliling partikel template pada satu arah orientasi. Sintesis material matriks BaTiO3 dilakukan dengan proses konvensional solid-state menggunakan oksida BaCO3 dan TiO2.

     Sedangkan, pembuatan material template BaTiO3 dilakukan dengan metode hidrotermal, yaitu dengan pencampuran larutan Ba(OH)2 dan TiO2 pada pH basa antara 13-14 untuk menghasilkan material template dengan aspek rasio yang tinggi. Proses tape casting dilakukan dengan perbandingan % berat matriks : template = 7:3. Analisis semikualitatif SEM mengamati bahwa fraksi kristal tekstur meningkat seiring dengan kenaikan temperatur dan terjadi mekanisme exagerated grain growth pada temperatur 1200 derajat C. Konstanta dielektrik cenderung meningkat seiring dengan kenaikan temperatur. Penelitian ini merupakan studi awal preparasi keramik tekstur piezoelektrik.

Sumber :

DEPOSISI DAN KARAKTERISASI LAPISAN ZnO SUPERHIDROFOBIK

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2009-02-23 15:04:49
Oleh : DIMAS ANDRY WIJAYANTO (NIM 13703013), Central Library Institute Technology Bandung
Dibuat : 2007, dengan 7 file

     Permukaan superhidrofobik digunakan untuk menangkal debu (anti-dirt) dan jamur (anti-fungi). Dalam penelitian ini dilakukan studi pembuatan lapisan ZnO superhidrofobik pada gelas preparat. Lapisan superhidrofobik dibuat dengan metoda rute kimia basah (wet chemical route) menggunakan bahan campuran Zn-Nitrat, amonium klorat, urea dan 25% amonia, yang dilarutkan dalam air. Deposisi lapisan ZnO dilakukan dengan cara mencelupkan gelas preparat kedalam larutan dan dipanaskan pada temperatur 90oC dengan variasi waktu 1-24 jam, pada posisi tegak dan 37o terhadap sumbu normal. Lapisan ZnO dicelupkan pada larutan asam stearat-hexane dengan konsentrasi 0.001-0.05 M selama 2 hari pada temperatur kamar.

     Perlakuan panas dilakukan terhadap sampel pada temperatur 60-150 derajat C selama 1 jam. Morfologi permukaan sampel dikarakterisasi dengan scanning electron microscope (SEM), ikatan kimiawi pada permukaan dengan fourier tranform infra-red (FTIR), dan sudut kontak dengan pengukuran visual terhadap foto tetesan air pada permukaan. Kestabilan sifat hidrofobik dilakukan dengan mengukur sudut kontak sebagai fungsi waktu.

     Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa posisi substrat selama deposisi dan konsentrasi asam stearat tidak berpengaruh secara berarti pada sudut kontak. Sebaliknya, perlakuan panas dari 60 derajat C sampai 150 derajat C menurunkan sudut kontak dari 156,83 derajat C hingga 64,96 derajat C. Waktu deposisi 24 jam menurunkan sudut kontak sebesar 15,9 % dari waktu deposisi 1 jam. Sudut kontak terbesar 156,83 derajat dicapai pada sampel dengan posisi substrat 37 derajat terhadap sumbu normal pada proses deposisi dan dengan konsentrasi asam stearat 0,001 M.

Sumber :

PENGARUH OKSIDAN TERHADAP SIFAT MAGNET BARIUM FERRITE YANG DIBUAT DENGAN METODE SOL GEL AUTO COMBUSTION

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2009-02-23 14:57:48
Oleh : GEDE RESA UDAYANA KUSUMA (NIM 13703033), Central Library Institute Technology Bandung
Dibuat : 2007, dengan 7 file

     Barium ferrite adalah material dengan sifat magnet yang baik dan digunakan secara luas sebagai magnet permanen. Serbuk barium ferrite yang memiliki ukuran nanometer, fasa yang homogen, dan distribusi ukuran yang kecil mempunyai performa yang tinggi. Banyak usaha telah dilakukan untuk membuat serbuk barium ferrite dengan ukuran yang lebih kecil. Metode sol gel auto combustion adalah teknik baru dalam membuat serbuk barium ferrite berukuran kecil yang memanfaatkan reaksi pembakaran antara garam logam dengan bahan bakar organik.

      Pada penelitian ini, dibuat serbuk barium ferrite dengan metode sol gel auto combustion. Bahan baku yang digunakan, Fe(NO3)3.9H2O, Ba(NO3)2, dan bahan bakar asam sitrat dilarutkan dalam aqua bidestilat. Rasio Fe/Ba adalah 7 dan 12, sedangkan rasio kation terhadap asam sitrat adalah 1:2. Untuk rasio Fe/Ba 7, tiga larutan dengan oksidan yang berbeda, H2O2, HNO3, dan HClO4, disiapkan untuk membandingkan pengaruh masing-masing oksidan terhadap serbuk barium ferrite yang dihasilkan. Untuk rasio Fe/Ba 12 disiapkan dua larutan, satu dengan oksidan H2O2 dan yang lain tanpa oksidan. pH pada semua larutan adalah 7. Serbuk yang telah dikalsinasi dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM, dan Permagraph magnetometer.
 

     Dari ketiga oksidan yang digunakan, HNO3 menghasilkan serbuk dengan sifat magnet yang lebih baik dengan remanency 2030 Gauss, dan BHmax 0,73 MGOe. Penggunaan oksidan H2O2 dan HClO4 dalam metode sol gel auto combustion tidak efektif Sifat magnet yang maksimum tidak bisa dicapai karena adanya fasa BaFe2O4 dan hematite pada sampel.

Sumber :

Senin, 01 Desember 2014

PEMBUATAN PROGRAM PENGHITUNG VARIABEL OPERASI SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (CYCLE-TERMO)

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-03-11 14:26:08
Oleh : BUDI DHARMO (NIM : 131 00 098); Pembimbing : Willy Adriansyah, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2006, dengan 7 file

Hampir di setiap perindustrian, baik kecil maupun besar, dapat ditemukan komponen-komponen sistem termal yang bergabung membentuk satu kesatuan sistem termal. Untuk kepentingan optimasi atau kepentingan desain awal, kita harus menghitung setiap variabel operasi yang terlibat sehingga kita dapat mengetahui varibel operasi mana yang harus kita sempurnakan.

Untuk sistem termal yang sederhana, penghitungan variabel-variabel operasinya cukup mudah dan dapat dilakukan secara manual. Namun, untuk sistem termal yang mempunyai jumlah komponen yang cukup banyak, penghitungan variabel-variabel operasinya cukup menyulitkan dan menyita waktu bila dilakukan secara manual. Selain itu, ada kemungkinan timbulnya kesalahan akibat faktor manusia bila penghitungan variabel-variabel operasi sistem termal tersebut dilakukan secara manual.

Agar penghitungan menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan kemungkinan timbulnya kesalahan menjadi lebih kecil, dibutuhkan suatu program komputer tertentu yang dapat menghitung variabel operasi suatu sistem termal tertentu baik yang melibatkan sedikit variabel operasi maupun yang melibatkan banyak variabel operasi. Oleh karena itu, penulis membuat suatu program penghitung variabel sistem termal khususnya sistem pembangkit listrik tenaga uap yang penulis namakan "Cycle-Termo". Cycle-Termo dapat melakukan penghitungan variabel operasi sistem pembangkit listrik tenaga uap dengan tingkat fleksibilitas yang
tinggi mengenai jenis variabel operasi sebagai variabel input yang diketahui, sehingga Cycle-Termo adalah program yang cukup ampuh yang dapat mengungguli beberapa program simulasi lain yang lebih mahal. Namun masih banyak kekurangan pada Cycle-Termo, sehingga penelitian dan pengembangan yang lebih mendalam sangat dibutuhkan untuk menghasilkan pogram simulasi sistem termal yang mampu bersaing dalam berbagai hal dengan program simulasi lain yang telah berskala internasional.

 Sumber :

PENYUSUNAN PARAMETER DENAVIT-HARTENBERG KAKI ROBOT AIBO DAN SIMULASI GERAKNYA

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-03-11 14:31:56
Oleh : ETTIM DWI YOGA (NIM : 13100030); Pembimbing : Dr. Ir. Indrawanto , S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2006, dengan 8 file

Karena robot AIBO berjalan dari suatu tempat ke tempat lain, maka diperlukan kinematik robot agar gerakan kakinya sesuai dengan lintansanya. Pada tugas sarjana ini masalahnya adalah bagaimana membangun kinematik robot AIBO dan memberikan visualisasi gerakan maju ke depan pada kaki robot.  

Salah satu parameter kinematik robot adalah parameter Denavit-Hartenberg. Nilai parameter tersebut diperoleh dari situs www.aibo.com dan digunakan untuk penyusunan persamaan kinematik robot AIBO. Untuk membangun kinematik robot digunakan metoda kinematik maju (forward kinematic). Untuk visualisasi gerakan maju robot digunakan simulasi dengan pembuatan model robot yang digerakan dalam perangkat lunak simulasi. 

Pada tugas sarjana ini diperoleh model AIBO dengan dimensi model 319 mm x 180 mm x 278 mm(P x L x T) dan penyusunan persamaan kinematik robot. Hasil yang didapat pada tugas sarjana ini dapat bermanfaat dalam pengembangan program kinematik dan trajektori robot khususnya robot empat kaki.

Sumber :

IDENTIFIKASI MODEL DAN PERANCANGAN KENDALI SISTEM SERVO ELEKTROHIDRAULIK VARIABLE SPEED PUMPING

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-03-11 14:36:15
Oleh : ELVIN SUBHIANTO (NIM : 13100067); Pembimbing : Dr. Ir. Indrawanto, S1 - Department of Chemical Engineering
Dibuat : 2006, dengan 7 file

Sistem elektrohidraulik banyak digunakan untuk keperluan pemosisian atau lebih dikenal dengan servo elektrohidraulik karena mampu menangani beban gaya atau torsi yang besar. Pada penelitian ini akan dibangun sistem elektrohidraulik untuk keperluan pemosisian piston aktuator aksi tunggal menggunakan metode pengaturan kecepatan pompa sehingga diperoleh suatu sistem servo elektrohidraulik yang sederhana. Penelitian ini terdiri dari perancangan sistem servo elektrohidraulik dengan menggunakan metode pengaturan kecepatan putar pompa, merancang sistem kendali servo elektrohidraulik jenis umpan balik berbasis fungsi alih yang terdiri dari pemodelan sistem menggunakan identifikasi sistem dan perancangan pengendali menggunakan metode root locus, serta menganalisis unjuk kerja dari sistem kendali ini.
 
Pengaturan kecepatan pompa dilakukan dengan mengatur kecepatan rotor motor AC. Pengaturan kecepatan putar rotor motor AC dilakukan dengan mengatur frekuensi tegangan masukan ke stator motor AC menggunakan inverter. Masukan inverter berupa tegangan searah. Besarnya frekuensi keluaran inverter sebanding dengan besar tegangan searah.  

Pemodelan sistem dilakukan dengan metode identifikasi sistem. Identifikasi sistem membutuhkan data masukan dan data keluaran sistem. Pada sistem servo elektrohidraulik masukan sistem berupa tegangan analog ke inverter, sedangkan keluaran sistem berupa posisi piston yang dibaca oleh sensor posisi potensiometer dalam bentuk tegangan analog. Perancangan pengendali menggunakan metode root locus. Hasil perancangan pengendali sistem servo elektrohidraulik yang didapatkan cukup baik. Hal ini dinilai dari kestabilan respon dinamik posisi piston terhadap sinyal perintah berupa posisi yang dikirim oleh program komputer.

Sumber :

IDENTIFIKASI KERUSAKAN MOTOR DIESEL BERBASIS DATA GETARAN MENGGUNAKAN LOGIKA SAMAR

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-03-12 10:03:52
Oleh : FAJRI (NIM : 13100076); Pembimbing : Dr. Ir. Sangriyadi Setio; Prof. Wiranto Arismunandar, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2005, dengan 8 file

Persaingan yang ketat di dunia industri dewasa ini, memicu perkembangan metode perawatan untuk dapat memenuhi target produksi, menekan biaya operasi dan perawatan. Perawatan prediktif adalah metode yang mampu menjawab tantangan ini.

Metode perawatan prediktif memungkinkan untuk mendeteksi secara dini gejala kerusakan mesin, sehingga kerusakan yang fatal dapat dihindari. Kegiatan perawatan pun dapat direncanakan dan dipersiapkan dengan lebih baik. Perawatan prediktif menggunakan data getaran merupakan cara yang efektif dalam menentukan kondisi mesin. Menggunakan bantuan perangkat lunak, analisis data getaran ini dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Dalam hal ini, logika samar dapat diaplikasikan untuk mengidentifikasi kondisi mesin berdasarkan data getaran.

Data getaran pada berbagai kondisi yang diperoleh melalui pengujian, dilatihkan untuk membentuk suatu sistem pengenalan pola kerusakan menggunakan logika samar. Serangkaian pengujian yang dilakukan menunjukkan sistem ini mampu dalam mengidentifikasi kondisi mesin dengan baik, dengan menguji coba sistem pengenalan pola tersebut menggunakan data getaran yang telah ditambahkan noise.

Sumber :

PENGARUH PENAMBAHAN TITANIA (TiO2) -SILIKA (SiO2) TERHADAP PENURUNAN TEMPERATUR SINTERING ALUMINA (A12O3)

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-03-12 09:36:08
Oleh : LUTHFI CAHYA WIBISONO (NIM : 13700010); Pembimbing : Dr.Ir. Aditianto Ramelan, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2005, dengan 6 file

menghasikan keramik alumina dengan kekuatan mekanik yang rendah dan prioritas yang cukup tinggi yaitu 26-58 %, demikian halnya dalam penelitian Benny (2004) yang membuat isolator keramik alumia yang menggunakan aditif titania (TiO2), dan disuntering pada temperatur 1500 oc menghasilan kekuatan mekanik yang masih rendah yaitu 153 VHN dengan porositas 16-22 %, penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dengan tujuan utama adalah meningkatkan kekerasan dan menurunkan porositas dari keramik alumina tersebut.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan ball millng terhadap serbuk alumina selama 8 jam dengan tujuan mereduksi partikel dan memudahkan proses sintering, selain itu dilakukan penambahan oksida lain yaitu titania (TiO2) dan silika (SiO2) yang menurut Journal of The american Ceraic society vol.84, No 5 May 2001 untuk mengatasi penurunan densitas dan kekuatan mekanik pada keramik alumina (A1203) -titania (Tio2) perlu ditambahkan aditiv separti SiO2, MgO, ZrO2 atau CaO.

Dari hasil penelitian didapat kekerasan keramik alumina meningkar dan nilai porositas keramik alumina tersebut menurun dengan penambahan titania 0,75 % berat dan dilika 0,25 % berat, karena penambahan titania dan silika menyebabkan laju difusi keramik meningkat dan terjadi reaksi defect.

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya maka nilai porositas keramik yang dihasilkan pada penelitian ini lebih baik, yaitu 10-12 % dengan kekerasan mencapai 917 + 90 VHN dalam skala Mohs bernilai 9.

Sumber :

PENGELASAN DALAM AIR MENGGUNAKAN METODE SMAW PADA PELAT BAJA AISI / SAE 1012

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-03-12 10:44:13
Oleh : IMAM DETRIANA (NIM : 13100068); Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Rochim Suratman, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2006, dengan 7 file

Pengelasan dalam air telah menjadi sebuah proses manufaktur yang penting pada berbagai macam industri kelautan/perairan meskipun penggunaannya masih terbatas pada proses-proses perbaikan. Keunggulan dari pengelasan dalam air adalah peralatan yang sederhana dan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan proses perbaikan yang lain. Kendala utama proses pengelasan dalam air adalah buruknya kualitas hasil lasan akibat kondisi lingkungan berupa air. Perbaikan kualitas yang dilakukan dengan menggunakan elekroda khusus pengelasan dalam air secara ekonomi tidak menguntungkan karena biaya yang cukup mahal sehingga dilakukan usaha untuk menggganti elektroda khusus tersebut dengan elektroda biasa untuk pengelasan di udara yang telah dilapis menggunakan pelapis anti air.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dua jenis elektroda yaitu AWS E6013 dan E7018 yang telah dilapis dengan pelapis yang berbeda pula yaitu flintkote dan ZnCrO4 terhadap kualitas hasil lasan dalam air. Kemudian akan diteliti pula pengaruh arus pengelasan (heat input) terhadap kualitas hasil pengelasan dalam air. Yang menjadi parameter kualitas dalam penelitian ini adalah aspek operasi, penampakan visual, struktur makro, struktur mikro, dan harga kekerasan hasil lasan. Logam induk yang digunakan adalah baja karbon rendah AISI / SAE 1012.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa elektroda E6013 menghasilkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan elektroda E7018 karena tidak ditemukan retak pada hasil lasannya meskipun pada logam las hasil pengelasan dengan elektroda E7018 terbentuk fasa ferit asikular dan bainit yang lebih banyak. Secara teoritik, pembentukan ferit asikular dan bainit yang lebih banyak akan menghasilkan ketangguhan yang lebih baik. Penggunaan arus pengelasan yang lebih tinggi menyebabkan terbentuknya ferit batas butir dan ferit Widmanstatten yang lebih banyak. Harga kekerasan rata-rata hasil lasan menggunakan elektroda E7018 secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan hasil lasan menggunakan elektroda E6013. Arus pengelasan yang semakin tinggi cenderung menurunkan harga kekerasan daerah lasan (logam las dan HAZ). Tidak ditemukan pengaruh yang jelas dari perbedaan jenis pelapis terhadap kualitas sambungan las.

Sumber :

CARA MEMBUAT TINGKATAN NILAI DI MS EXCEL MENGGUNAKAN RUMUS



Assalamu’alaikum Wr. Wb
Oke langsung aja yaaa
Kalian pernah denger aplikasi pengolah kata yang populer ga sejak dahulu ?? yuuppss betul sekali aplikasi itu ialah microsoft excel. Jika dilihat sekilas dari namanya , pasti kalian sudah tau kan sedikit banyaknya fungsi dan kegunaan aplikasi tersebut.
Jadi pada kesempatan ini saya akan sedikit bercerita tentang bagaimana cara mengaplikasikan aplikasi MS excel ke dalam sebuah laporan nilai ,  dan bisa anda lihat dibawah ini




Mungkin itu adalah contoh kecil dari sebuah pengaplikasian aplikasi itu sendiri, namun kalian terkadang pasti bingung kan bagaimana cara membuat sebuah nilai tanpa kita jumlahkan secara manual namun kita hanya menggunakan sebuah rumus.
nah saya ambil 1 contoh saja ya, jika kalian ingin menentukan sebuah nilai itu mendapat nilai A,B,C atau D kalian tinggal masukan rumus seperti ini , Contoh ( lihat gambar )
=IF(J21>80;”A”)
Maka jika kalian tekan enter maka huruf mutunya akan secara otomatis terisi, dan lakukan cara yang sama untuk menentukan huruf mutu lainnya.
Mudah bukan? Jika ada yg masih kurang jelas , bisa tingggalkan komentar dibawah

Senin, 24 November 2014

PENGARUH TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN VARIASI FRAKSI BERAT KAWAT PENGUAT PADA SIFAT MEKANIK MODULUS OF RUPTURE REFRAKTORI LAMJ-1 (ALUMINA SPINEL CASTABLE)

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-18 09:57:33
Oleh : ROY AUDIA ALFIAN (NIM 13702041), S1 - Material Engineering Study Programme
Dibuat : 2007, dengan 8 file

       Steel Fiber Reinforced Castable Refractories (SFRCR) merupakan material refraktori castable yang mengandung serat-serat pendek baja acak sebagai penguatnya. Serat baja digunakan untuk meningkatkan umur produk, meningkatkan ketahanan terhadap thermal shock, serta meningkatkan sifat mekanik refraktori. Keberadaan serat-serat pendek dan acak pada refraktori ini membuat sifat mekanik yang dimilikinya kemungkinan tidak seragam. Untuk mengatasinya digunakan kawat penguat yang tersusun rapih, kontinu dan teranyam untuk meneliti kekuatan mekanik modulus of rupture (MOR) dari spesimen tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh dari penambahan fraksi berat kawat baja penguat yang kontinu dan teranyam terhadap harga MOR refraktori LAMJ-1 (Alumina Spinel Castable). Disamping itu, juga akan dipelajari sifat-sifat refraktori ini pada berbagai temperatur antara 105oC sampai 1400oC untuk mengetahui kemampuan refraktori ini dalam menahan berbagai beban yang terjadi sebelum refraktori ini memiliki kekuatan yang optimum termasuk beratnya sendiri. Pengujian MOR dilakukan pada temperatur kamar mengacu pada standard BS.1610. Pengujian ini dipilih untuk melihat beban tranversal yang mampu ditahan refraktori ini sampai gagal.
 
      Untuk mendukung data yang diperoleh pada penelitian ini dilakukan analisa struktur mikro menggunakan Phillips Scanning Electron Microscope XL-20 dilengkapi dengan EDS DX-40, juga karakterisasi senyawa material menggunakan X-Ray diffraction. Pada temperatur antara 105-816oC, penambahan kawat penguat kontinu sebesar 1,8% mampu meningkatkan harga MOR menjadi dua kali lipat, dan meningkat sekitar 200% pada penambahan 3,6% kawat. Pada temperatur di atas 816oC sampai pengamatan pada temperatur 1150oC, keberadaan kawat tidak mampu meningkatkan sifat mekanik karena harga MOR yang dihasilkan menurun dari 7,62 MPa pada 816oC menjadi 3,85 MPa pada 1150oC setelah penambahan 3.6% kawat. Harga MOR yang dihasilkan juga menurun setelah penambahan 1,8% kawat dari 4,77 MPa pada 816oC menjadi 2,57 MPa pada 1150oC. Hal tersebut disebabkan terkorosinya kawat pada temperatur tinggi.

       Pengaruh variasi temperatur terhadap kekuatan refraktori tanpa adanya penambahan kawat juga diamati. Pada 350oC kekuatan meningkat dari 4,06 MPa menjadi 4,74 MPa dibandingkan produk pada 105oC. Pada 816oC kekuatan menurun dari 4.74 MPa menjadi 1.27 Mpa. Pada temperatur 1150oC kekuatan meningkat dari 1,27 MPa menjadi 3,85 MPa dan semakin terus meningkat pada 1400oC menjadi 4,71 MPa. Perlu dipelajari lebih lanjut tentang mekanisme penurunan kekuatan antara 105oC- 350oC dan kelakuan refraktori ini pada temperatur diatas 1400oC dengan menggunakan kawat yang tidak mudah terkorosi.

Sumber :

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI KAWAT PENGUAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN SIFAT KETAHANAN THERMAL SHOCK PADA REFRAKTORI LAMJ-I (ALUMINA SPINEL CASTABLE)

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-18 09:44:24
Oleh : AKHMAYANDA NASUTION (NIM 13702033); Pembimbing : Dr. Ir. Aditianto Ramelan dan Hady Efendy, S.T., M.T., S1 - Material Engineering Study Programme
Dibuat : 2007, dengan 7 file

           Material refraktori banyak digunakan pada industri yang prosesnya melibatkan temperatur tinggi karena keunggulannya yaitu ketahanan terhadap thermal shock. Salah satu cara meningkatkan ketahanan terhadap thermal shock pada refraktori castable adalah dengan penambahan kawat penguat pendek secara acak. Penyebaran kawat yang tidak merata akan mengakibatkan sifatnya juga tidak seragam.

             Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari sifat ketahanan thermal shock, apparent porosity dan bulk density dari refraktori LAMJ-1 (Alumina Spinel Castable) berpenguat kawat teranyam dengan jarak antara yang sama pada spesimen uji yang dibakar pada 1150°C. Karakterisasi komposisi dan struktur mikro material dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). pengujian ketahanan thermal shock pada spesimen refraktori dilakukan pada temperatur 1200°C selama 30 menit kemudian sampel didinginkan dalam air dan proses ini dilakukan berulang-ulang sampai mengalami kegagalan yaitu saat kehilangan berat sebanyak 40 persen. Pengujian apparent porosity dan bulk density dilakukan berdasarkan standar ASTM C 20-83.
 
      Siklus ketahanan thermal shock spesimen refraktori tanpa penguat kawat lebih besar dibandingkan yang berpenguat kawat. Refraktori tanpa penguat kawat menghasilkan rata-rata 18,33 dan spesimen yang berpenguat kawat yaitu rata-rata 13,33 siklus. Nilai bulk density refraktori tanpa penguat kawat 2,74 gr/cm3 dan untuk refraktori berpenguat kawat 2,84 gr/cm3. Nilai apparent porosity spesimen refraktori tanpa penguat kawat 19,5% dan spesimen yang berpenguat kawat 18,4%.

       Perlu dipelajari lebih lanjut mekanisme terjadinya penurunan ketahanan yang diakibatkan penggunaan kawat. Kegagalan yang terjadi pada refraktori berpenguat kawat kemungkinan besar disebabkan oleh kawat penguat yang teroksidasi. Pada umumnya patahan pada spesimen terjadi pada bagian anyaman kawat.

Sumber :

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2011-07-12 13:11:48
Oleh : TRI HANDOKO (NIM 13703004); Pembimbing : Dr. Ir. Bambang Sunendar, S1 - Material Engineering Study Programme
Dibuat : 2007, dengan 7 file

       Fabrikasi dan karakterisasi ceramic foam untuk aplikasi thermal insulation dan acoustic absorber dalam penelitian ini merupakan salah satu inovasi dalam pemanfaatan limbah gipsum dan abu sekam padi. Limbah gipsum yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari industri fertilizer, PT. Sud-Chemie, Sukabumi Jawa Barat. Ceramic foam bersifat liat, plastis, seperti busa yang terbuat dari keramik. Daya insulasi yang sangat baik pada ceramic foam dikarenakan adanya gelembung udara yang sangat kecil yang terjebak di dalam bahan.

       Campuran dari gipsum, abu sekam padi, kapur, serbuk Al, semen dan perekat CMC ditambahkan air hingga terbentuk ceramic foam. Komposisi utama bahan dalam penelitian ini adalah gipsum dan abu sekam padi, dengan persen komposisi (40:20, 30:30, dan 20:40) % ditambahkan dengan 5% serbuk Al, 10% CaCO3, 25% semen, dan 20% CMC dari massa total. Ceramic foam yang ada kemudian dicetak kedalam cetakan berukuran 20x10x3 cm, dan cetakan berdiameter 4 cm dan ketebalan 2 cm dengan metode slip casting. Sampel kemudian dikeringkan di dalam tungku pada T = 80 derajat C, selama 1 jam. Kemudian melalui proses autoclaving pada T = 180 derajat C, selama 1 jam. Proses ini dilakukan agar didapatkan sampel dengan gelembung udara didalamnya akibat reaksi serbuk Al.

       Dari pengujian konduktivitas panas dan pengujian akustik didapatkan nilai konduktivitas panas material A, B, dan C berturut-turut adalah: 0,067, 0,078, dan 0,079 W/moC. Sedangkan nilai absorpsivitas suara untuk ketiga jenis komposisi bahan (40:20, 30:30, 20:40) %, berturut-turut adalah: 0,37-0,49, 0,36-0,42, dan 0,37-0,55 pada rentang frekuensi 1-3,2 kHz.

Sumber :

Senin, 17 November 2014

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN LOAD CELL 3 AXIS UNTUK PENGUKURAN GROUND REACTION FORCE PADA FORCE PLATFORM

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-03 10:13:35
Oleh : ALIT WICAKSANA SUWIRYA (NIM : 13106044); Tim Pembimbing : Dr. Ir. Andi Isra Mahyuddin; Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara; Dr. Eng. Sandro Mihradi, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2011, dengan 7 file

     Gaya merupakan salah satu besaran fisika yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan percepatan, arah, ataupun bentuk dari suatu benda. Pentingnya pengaruh gaya dalam kehidupan menyebabkan banyaknya instrumen pengukuran gaya yang tersedia. Load cell merupakan salah satu instrumen pengukuran yang menggunakan strain gage untuk mengkonversi gaya menjadi sinyal elektrik.
        Dalam ilmu biomekanik yang mempelajari tentang gerakan manusia dan penyebabnya, Alat ukur gaya digunakan untuk mengukur gaya reaksi tanah (ground reaction force – GRF). Namun, mengingat instrumen yang tersedia relatif mahal,maka untuk dapat mengembangkan sistem pengukuran gaya dengan harga terjangkau, dalam penelitian ini dirancang, diproduksi, dan diuji komponen force platform berupa load cell. Beberapa alternatif desain dikaji agar diperoleh load cell yang mampu mengukur GRF gerak manusia dalam 3 sumbu secara simultan. 
      Hasil pengujian menunjukkan bahwa setiap segmen load cell hanya sensitif mengindera gaya dalam satu arah tertentu sesuai dengan kriteria desain. Dari perbandingan dengan simulasi ditemukan perbedaan sebesar 14,49 % untuk gaya vertikal; 9,15 % untuk gaya anterior-posterior; dan 2,3 % untuk gaya medial-lateral.

Sumber :

SIMULASI PERGERAKAN GIGI AKIBAT PENARIKAN OLEH KAWAT GIGI TIPE PEGAS RETRAKSI SEKSIONAL

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-02 08:49:12
Oleh : FIRMAN AHMAD KIRANA (NIM : 13105019); Pembimbing : Dr. Ir. Rachman Setiawan, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2011, dengan 7 file

       Gigi tertanam pada tulang oleh jaringan ikat lunak. Gigi tidak selalu menempati posisinya dengan benar. Penyimpangan posisi gigi dikaji dalam bidang ortodonti. Usaha yang dilakukan ortodontis untuk memperbaiki posisi gigi adalah dengan memasang kawat gigi. Jenis kawat gigi akan menentukan besar gaya dan momen yang diberikan pada gigi. Sistem gaya yang berupa gaya dan momen, dan titik pemberiannya akan menentukan tipe pergerakan gigi. Namun, besar pergerakan gigi masih belum dapat diketahui dengan mudah. 
     Dalam penelitian ini pergerakan gigi disimulasi dengan pendekatan analitik sederhana dua dimensi. Jaringan ikat lunak yang berada di sekeliling gigi diasumsikan bersifat linear elastis, homogen, dan isotropik. Sistem gaya yang diberikan pada gigi menyebabkan terjadinya perpindahan gigi dan deformasi pada jaringan ikat lunak tersebut yang besarnya dihitung dengan pendekatan analitik. Deformasi tersebut menyebabkan terjadinya respon biologis yang pada akhirnya akan menyebabkan pergerakan gigi. Pergerakan gigi yang terjadi akibat respon biologis tersebut disimulasi secara numerik dengan mengulang proses perpindahan gigi akibat sistem gaya. Parameter gigi yang mempengaruhi pergerakan gigi adalah panjang akar, letak pusat resistansi, diameter gigi, sifat mekanik jaringan, dan tebal jaringan ikat lunak yang menyangga gigi.
        Simulasi pergerakan gigi berhasil dibuat dengan mengakumulasi perpindahan gigi akibat gaya yang semakin mengecil. Simulasi tersebut ditampilkan dalam bentuk animasi. Pembuatan program animasi pergerakan gigi diharapkan dapat mempermudah ortodontis maupun pasien dalam mengetahui hasil yang akan terjadi akibat pemasangan kawat gigi pada pasien tersebut.

Sumber :

PENDETEKSIAN KERUSAKAN BANTALAN GELINDING DAN PEMANTAUAN KONDISI PELUMASANNYA DENGAN PENGUKURAN JERK

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-02 15:03:47
Oleh : BUDI HERYADI (NIM : 13106022); Pembimbing : Dr. Ir. Zainal Abidin, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2011, dengan 7 file

        Di industri, bantalan gelinding memiliki peran yang penting. Kerusakan bantalan gelinding dapat menyebabkan mesin berhenti total sehingga proses produksi berhenti dan menimbulkan kerugian yang besar. Metode getaran banyak digunakan untuk mendeteksi kerusakan bantalan, namun tidak dapat mendeteksi kerusakan dini bantalan. Metode PeakVue, Spike Energy, dan Shock Pulse banyak membantu untuk mendeteksi kerusakan dini bantalan, namun tidak memiliki standar baku seperti halnya metode getaran.  
          Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menjajaki kemungkinan digunakannya sinyal jerk dan spektrum frekuensinya guna mendeteksi kerusakan bantalan gelinding dan memantau kondisi pelumasannya. Jerk adalah turunan pertama dari percepatan. Dengan demikian, diharapkan pengukuran jerk dapat menggantikan metode getaran, PeakVue, Spike Energy, dan Shock Pulse dalam mendeteksi kerusakan bantalan. 
       Pada penelitian ini dilakukan pengukuran percepatan dan jerk pada bantalan gelinding jarum dengan variasi besar beban, jenis cacat, dan kondisi pelumasan. Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran percepatan, jerk, dan shock pulse pada bantalan gelinding kerucut dengan variasi kecepatan putar, besar beban, dan tingkat kerusakan bantalan. 
        Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengukuran jerk dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan bantalan gelinding dan memantau kondisi pelumasannya. Nilai jerk lebih sensitif terhadap perubahan kecepatan putar, kondisi pelumasan, dan tingkat kerusakan bantalan daripada nilai perceptan dan shock pulse. Namun, spektrum shock pulse masih lebih baik daripada spektrum absolut percepatan dan jerk dalam hal mendeteksi cacat lokal bantalan. Level noise pada spektrum percepatan dan jerk cukup tinggi sehingga sinyal BPFO dan harmonik-harmoniknya sulit diamati.

Sumber :

Senin, 10 November 2014

FRASA BARU

  • Packing density
  • Mcgeary
  • Rekursif
  • Flowabilitas
  • Diskrit
  • Density binner
  • Transshipment
  • Baja tahan karat dupleks
  • Diagram Schaeffler
  • Fasa sigma
  • Probabilistik
  • Dererministik
  • Simulasi monte carlo
  • Limit state
  • Probability of failure
  • Folias factor
  • Pipe line
  • Geohazard
  • Flotasi
  • Mendepress
  • Kadar pirit
  • Spesimen
  • Metalografi
  • Bahan proyektil
  • Lapisan elektro katalis
  • Prototype
  • Karakteristik substrat
  • Lapisan evercoat
  • Lapisan BaM polikristal
  • Sistem  microelectromechanical
  • Bilangan knudsen
  • Inviscid
  • Nilai viskositas
  • Volatility
  • Nafta
  • Kerosene

Kamis, 06 November 2014

ANALISIS PACKING DENSITY BATUBARA UNTUK APLIKASI TRANSPORTASI

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2009-06-05 13:46:36
Oleh : IRAMONA (NIM 12104061), S1 - Metallurgy
Dibuat : 2008, dengan 7 file

       Packing density dapat dijumpai pada berbagai bidang penerapan, salah satunya dalam transportasi batubara. Optimasi packing density dapat meningkatkan efisiensi pengangkutan dan kapasitas batubara yang diangkut, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur proporsi dan distribusi ukuran batubara. Selain dapat meningkatkan packing density, pengaturan distribusi ukuran batubara juga dapat mencegah terjadinya penyalaan spontan batubara.

          Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan packing batubara serta simulasi-simulasi terhadap model optimasi packing density dengan memasukkan harga packing density tunggal hasil eksperimen McGeary (Qc= Qf =0,625) dan hasil percobaan batubara (Qc= Qf =0,586) yang dilakukan di laboratorium. Model ini mengasumsikan cara packing rekursif, yaitu populasi partikel kasar dituangkan terlebih dahulu, kemudian populasi kedua yang lebih halus, dan populasi partikel berikutnya, jika digunakan campuran lebih dari dua ukuran. Selain itu model partikel diasumsikan berbentuk bola karena faktor flowabilitasnya yang baik. Model juga membatasi pada distribusi ukuran diskrit, dua, tiga dan empat ukuran. Model packing biner ini kemudian dikembangkan menjadi model optimasi untuk campuran lebih dari dua ukuran, dengan mengasumsikan bahwa tiap populasi partikel dapat di-pack dengan efisiensi yang sama. Hasil keluaran dari model kemudian dibandingkan dengan hasil percobaan oleh McGeary dan percobaan batubara.

          Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik campuran dua ukuran maupun campuran lebih dari dua ukuran memberikan hasil yang mendekati hasil percobaan McGeary, namun cukup jauh terhadap hasil packing biner batubara. Packing biner antara batubara kasar +3 mesh dan batubara halus -3+12 mesh,-12+14mesh, -14+20 mesh, dan -20+28 mesh yang diatur dengan rasio ukuran 4,786-5,678-7,882-11,167 memberikan packing density biner maksimal berturut-turut sebesar 59,9%-68,5%-70,4% dan 76,9% masing-masing dengan proporsi optimal sebesar 60% fraksi kasar. Sedangkan model memberikan packing density maksimal sebesar 85,9% untuk harga Qc= Qf =0,625 dengan proporsi optimal 72,73% dan packing density maksimal sebesar 82,9% untuk Qc=Qf =0,586 dengan proporsi 70,7% fraksi kasar. Model campuran 4 ukuran memberikan packing density maksimal 98% dengan proporsi tiap populasi sebesar 63,8% - 23,9% - 9,0% - 3,4% untuk harga x =0,625 dan packing density maksimal 97,1% untuk harga x =0,586 dengan proporsi 60,4%- 25%-10,3%-4,3% berturut-turut dari partikel dengan ukuran terbesar hingga partikel terkecil. Namun begitu, pengaturan distribusi ukuran batubara serta penggunaan hasil keluaran model sebagai perkiraan awal packing density sangat bermanfaat dalam optimalisasi pengangkutan batubara contohnya transportasi dengan tongkang atau saat transshipment batubara.  

Sumber :
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-iramonanim-33109

RANCANG PADUAN BAJA TAHAN KARAT DUPLEKS DARI BAHAN BAKU FERONIKEL

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2008-04-16 10:36:48
Oleh : RUDYANTO SIHOTANG (NIM 12103057), Central Library Institute Technology Bandung
Dibuat : 2008, dengan 8 file

         kebutuhan industri untuk pemakaian baja tahan karat semakin meningkat akhir-akhir ini. Salah satu jenis baja tahan karat yang menarik untuk diteliti dan dikembangkan adalah baja tahan karat dupleks. Baja tahan karat dupleks merupakan jenis baja tahan tahan karat yang memiliki dua fasa yaitu ferit dan austenit.

        Diperlukan ilmu metalurgi yang cermat untuk dapat merancang baja tahan karat dupleks. Dalam hal ini digunakan diagram Schaeffler sebagai diagram perancangan untuk membuat jenis baja ini. Informasi mengenai pengaruh unsur-unsur pemadu terhadap perubahan fraksi volume fasa ferit dan austenit akan sangat berguna untuk disain pembuatan baja tahan karat dalam penggunaan skala industri. Perlakuan panas isotermal dan anisotermal juga dilakukan pada temperatur 400oC, 600oC, 800oC dengan waktu penahanan 1, 3, dan 6 jam untuk mempelajari tingkat perubahan struktur mikro paduan as cast dan untuk mengidentifikasi fasa sigma (fasa merugikan) yang muncul pada paduan.

        Dari hasil pembahasan pada data-data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa paduan 2 (28.74% ferit), paduan 3 (58.52% ferit), dan paduan 4 (80.93% ferit) merupakan jenis baja tahan karat dupleks yang berhasil dilakukan, sedangkan paduan 1 (10.18% ferit) cenderung merupakan jenis baja tahan karat austenitik. Penurunan fraksi volume ferit sebanding dengan: penurunan rasio Cr/Ni, peningkatan temperatur pemanasan, dan lamanya waktu pemanasan. Fasa sigma muncul pada temperatur 800 oC, sedangkan pada temperatur 400oC dan 600oC fasa sigma tidak muncul.

Sumber :
 http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-rudyantosi-29288

KARAKTERISTIK MOTOR DIESEL PENYEMPROTAN LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MURNI YANG DIPANASKAN

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2009-03-02 12:04:31
Oleh : M. SYAUQI SHAUTAL ALAM (NIM 13103074), S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2008, dengan 7 file
Minyak jarak pagar merupakan minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk motor diesel. Minyak jarak pagar ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat diperbaharui, dapat terdegradasi secara alami, tidak berkontribusi terhadap penambahan gas rumah kaca, unsur belerang yang sangat rendah, dan dapat ditanam di lahan kritis. Selain itu, minyak jarak pagar tidak mengalami konflik kebutuhan sebagai bahan pangan karena tidak dapat dimakan. Masalah terbesar adalah tingginya viskositas minyak jarak pagar. Menurut penelitian yang dilakukan oleh K. Pramanik, viskositas minyak jarak ini akan membuat efisiensi termal dan konsumsi bahan bakar motor menjadi lebih buruk. Cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan viskositas minyak jarak adalah dengan memanaskannya atau mencampurnya dengan bahan bakar lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran 50% minyak jarak murnisolar yang dipanaskan sebagai bahan bakar motor diesel dibandingkan solar.
Pengujian dilakukan selama 17 jam untuk tiap bahan bakar uji dan mengacu pada SAE Paper 942010. Hasilnya, parameter prestasi menunjukkan 50% minyak jarak murnisolar memiliki hasil yang lebih buruk dibandingkan solar, yaitu efisiensi termal lebih rendah 13,8% (sebelum uji 17 jam) dan lebih tinggi 4,7% (setelah uji 17 jam). BSFC: lebih tinggi 28,7% (sebelum uji 17 jam) dan lebih tinggi 2,1% (setelah uji 17 jam). Parameter emisi gas buang menunjukkan penggunaan 50% minyak jarak menghasilkan peningkatan emisi CO{161,4% (sebelum uji 17 jam) dan 13,6% (setelah uji 17 jam)}, UHC {58,5% (sebelum uji 17 jam) dan 44,7% (setelah uji 17 jam)}, opasitas {151,8% (sebelum uji 17 jam) dan 297,1% (setelah uji 17 jam)}.
Penelitian ini membuktikan bahwa terjadi penurunan prestasi dan kenaikan emisi gas buang pada motor diesel menggunakan campuran 50% minyak jarak murni. Hal ini terutama disebabkan rendahnya LHV dan buruknya atomisasi bahan bakar minyak jarak. Namun, minyak jarak juga memiliki kemampuan lubrikasi yang baik.

Sumber :
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-msyauqisha-32175

Selasa, 04 November 2014

Contoh membuat sebuah laporan dengan menggunakan Ms. Power Point

Assalamu'alaikum Wr. Wb

mungkin beberapa orang ada yang sedang membuat sebuah laporan atau yang lainnya dengan menggunakan Ms. office power point, mungkin sebagian dari anda yang bingung.. untuk mengatasi kebingunggan anda saya punya sedikit solusi yaitu dengan beberapa contoh yang dapat saya gambarkan.. yuk simak baik-baik...

SLIDE 1


SLIDE 2
BEFORE

AFTER



SLIDE 3

BEFORE

AFTER


SLIDE 4

BEFORE

AFTER




SLIDE 5

BEFORE

AFTER


SLIDE 6
 
BEFORE
 
AFTER



Mungkin hanya ini saja yang dapat saya kasih contoh, dan selebihnya anda berekspresi sendiri
Kurang lebihnya saya mohon dimaafkan
wassalamu'alaikum wr. wb

Jumat, 31 Oktober 2014

PERILAKU DEFORMASI PLASTIS PIPELINE API 5L X-42, X-52, X-65, DAN X-80 AKIBAT PENGARUH GEOHAZARD

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2008-04-16 10:16:41
Oleh : NIZAR ANGGA KUSUMA (NIM 12103022), Central Library Institute Technology Bandung
Dibuat : 2008, dengan 7 file

     indonesia merupakan negara dengan kondisi geologi yang tidak stabil. Kondisi tersebut menyebabkan instalasi pipeline di Indonesia menjadi rawan terhadap aktivitas-aktivitas geologi yang membahayakan (geohazard). Aktivitas-aktivitas geologi tersebut antara lain seperti gempa bumi, tanah longsor, pergerakan tanah, gunung meletus yang kesemuanya dapat mengancam keberlangsungan operasi pipa.

       Dalam penelitian ini, jenis geohazard yang akan dikaji lebih lanjut adalah sesar (fault) yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu sesar mendatar, sesar normal, dan sesar naik. Selain jenis sesar, variabel lain yang akan digunakan adalah jenis material pipa yaitu pipa API 5L X-42, X-52, X-65, dan X-80. Interaksi antara pipa dan tanah selanjutnya akan dimodelkan di dalam software yang berbasis analisis elemen hingga. Dalam simulasi, pemberian beban gaya pada pipa akan diaplikasikan dalam bentuk pergerakan tanah. Hasil output dari proses simulasi ini adalah berupa tegangan, regangan plastis, dan perubahan bentuk penampang yang dialami oleh pipa untuk tiap variabel simulasi.

         Hasil analisis menunjukkan bahwa tegangan, regangan, dan perubahan bentuk penampang pipa akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pergeseran tanah. Sementara nilai tegangan, regangan plastis dan perubahan bentuk penampang pipa terbesar terjadi pada kasus sesar naik diikuti kemudian oleh sesar normal dan sesar mendatar. Sebagai contoh pada pipa X-65 dimana pada geseran tanah 1,25 m dihasilkan nilai tegangan pada pipa sebesar 506 MPa, 501 MPa, dan 486 MPa serta nilai regangan plastis sebesar 0,08; 0,06; dan 0,03 masing-masing untuk sesar naik, sesar normal, dan sesar mendatar. Pada perhitungan safety factor diperoleh bahwa semakin tinggi grade pipa maka ketahanan pipa akan semakin baik dalam mengantisipasi beban pergeseran tanah. Sebagai contoh dalam kasus sesar mendatar dimana pipa baru mengalami luluh pada pergeseran tanah sebesar 0,625 m; 0,57 m; 0,5 m; dan 0,45 m masing-masing untuk pipa X-80, X-65, X-52, dan X-42.

Sumber :

ANALISIS KEHANDALAN CRUDE OIL PIPELINE DENGAN MATERIAL BAJA API 5L GRADE B : PERBANDINGAN METODE MONTE CARLO DAN API RP 579 FITNESS FOR SERVICE

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2009-06-05 13:50:15
Oleh : ALFONSUS HUNTADI NUGRAHA (NIM 12104033), S1 - Metallurgy
Dibuat : 2008, dengan 7 file

         Jaringan pipa minyak Duri-Dumai dengan material baja API 5L grade B dengan diameter 30 dan 36 inci, telah beroperasi sejak tahun 1970 dan 1958. Lamanya operasi telah menyebabkan kedua jaringan pipa dengan panjang masing-masing 50 km tersebut mengalami degradasi kualitas, yang diakibatkan oleh korosi pada dinding luar pipa. Untuk mengetahui apakah kedua jaringan pipa tersebut masih dapat beroperasi secara aman sampai periode waktu tertentu, perlu dilakukan analisis kehandalan. Metode analisis kehandalan yang biasa digunakan adalah metode probabilistik dan metode deterministik.

           Perbandingan antara kedua metode analisis kehandalan : probabilistik dengan simulasi Monte Carlo dan deterministik dengan standar API RP 579 Fitness for Service, dilakukan pada kedua jaringan pipa tersebut. Data yang digunakan dalam kedua metode analisis adalah data hasil inline inspection (ILI) dengan intelligent pigging yang dilakukan pada tahun 2006, dengan metode deteksi Magnetic Fluks Leakage (MFL). Simulasi Monte Carlo menggunakan pendekatan statistik dengan iterasi berulang yang mengevaluasi fungsi limit state atau kondisi batas kegagalan, dimana untuk kedua jaringan pipa ini, kegagalan terjadi akibat penipisan dinding pipa oleh korosi. Distribusi variabel random yang digunakan untuk evaluasi fungsi limit state adalah distribusi Gumbel. Lokasi-lokasi pada kedua jaringan pipa yang memiliki peluang kegagalan tinggi berdasarkan simulasi Monte Carlo, dianalisis lebih lanjut dengan metode Fitness for Service. Metode Fitness for Service melihat kehandalan jaringan pipa dengan mengevaluasi kekuatan material pipa yang terkorosi, terutama oleh korosi sumuran. Terdapat dua tahap evaluasi yang dilakukan dengan metode Fitness for Service, yaitu level 1 dan 2, dimana masing-masing tahap evaluasi memiliki tingkat akurasi dan kebutuhan data tertentu.

           Hasil prediksi umur sisa simulasi Monte Carlo untuk pipa 30 inci adalah sekitar 36 tahun setelah ILI, sedangkan untuk pipa 36 inci sekitar 27 tahun setelah ILI. Hasil prediksi umur sisa dengan metode Fitness for Service untuk pipa 30 inci sekitar 12-20 tahun dan pipa 36 inci sekitar 20–30 tahun setelah ILI. Umur sisa minimum pada jaringan pipa adalah 20 tahun setelah ILI untuk pipa 36 inci pada km 10,8-10,89, dan 12 tahun setelah ILI untuk pipa 30 inci pada km 8,4-8,49. Perbedaan prediksi umur sisa dari kedua metode dipengaruhi oleh fungsi limit state, adanya bagian-bagian yang tidak terdeteksi metal loss-nya akibat sleeving, evaluasi laju korosi, dan dimensi korosi. Metode Fitness for Service memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dengan perhitungan yang lebih rumit daripada metode simulasi Monte Carlo. Metode Monte Carlo cocok digunakan untuk screening awal peluang kegagalan dari seluruh jaringan sebelum dilakukan metode Fitness for Service yang rinci dan akurat.

Sumber :